BANDUNG, itb.ac.id–Senat Akademik (SA) Institut Teknologi Bandung (ITB) menerima kunjungan dari Senat Akademik (SA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Kamis (24/11/2022) di Balai Pertemuan Ilmiah (BPI) ITB.
Acara kunjungan tersebut diawali dengan sambutan dari Ketua SA ITB Prof. Ir. Hermawan Kresno Dipojono, MSEE, Ph.D., dan dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua SA ITS Prof. Dr. Ir. Syafsir Akhlus, M.Sc.
Salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan studi banding tersebut adalah proses kenaikan jabatan Guru Besar. SA ITS menyampaikan pertanyaan bagaimana skema pengusulan Guru Besar ITB.
Ketua Komisi III SA ITB, Prof. Ir. Andi Isra Mahyuddin, Ph.D., mengatakan, salah satu upaya proses percepatan guru besar di ITB adalah dengan cara mempercepat proses pengajuannya dari tahap usulan awal, hingga sampai rapat pleno maksimal 20 hari kerja. Hal tersebut dilakukan dalam rangka membuat proses yang lebih efektif dan efisien. Namun demikian, setiap usulan telah berdasarkan rekomendasi dan memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
“Kami sederhanakan pada proses begitu usulan sampai ke Senat, yaitu memberikan otoritas kepada Komisi III untuk membahas dan memberikan evaluasi atas usulan tersebut. Prosedurnya adalah begitu ada usulan yang disampaikan oleh eksekutif, kami di komisi III membentuk tim penilai beranggotakan 4 orang. (2 anggota komisi III dan 2 anggota dari FGB [Forum Guru Besar] ITB). Setelah masa pemeriksaan, kami rapatkan bersama di rapat komisi III dengan mengundang dekan, dan memberikan kesimpulan. Setelah itu disampaikan di rapat pleno SA,” ujar Prof. Andi.
Selain mengenai pengusulan jabatan Guru Besar di ITB, SA ITS juga menanyakan mengenai peran SA dalam mewujudkan World Class University. Hal ini dijawab oleh Sekretaris Komisi IV, Dr. Ir. Eka Djunarsjah, M.T.
Ia menerangkan,
dalam suplemen Renip ITB, Senat Akademik mengamanahkan kepada ITB agar ITB
masuk top 200 universitas di dunia. SA kemudian membentuk tim khusus untuk
memberikan arahan kepada eksekutif agar target tersebut bisa dicapai. ITB saat
ini berada pada peringkat 235 berdasarkan QS WUR tahun 2023.
“Ada beberapa hal yang dilakukan untuk mencapai WCU, yaitu riset
interdisiplin, melakukan kolaborasi, faculty hiring, promotion, dan monitoring,
dan juga bagaimana budaya riset yang unggul dibangun oleh institusi,”
ujarnya.
Dr. Eka juga menyampaikan, salah satu masukan dari eksternal agar ITB masuk top 200 universitas dunia, datang dari Prof. Jagadish, dari Australian National University. Menurutnya, ada tiga hal yang diperhatikan yaitu (1) fokus excellent di bidang riset, pengajaran, dan administratif, (2) melakukan kolaborasi (ITB sekarang sudah melakukan kelas kolaborasi antarprodi), (3) pemeringkatan universitas penting bagi mahasiswa dan orangtua.
Selain itu, SA Akademik juga memberikan saran terdapat tiga “mesin utama” untuk mencapai top 200 yaitu infrastruktur database, sumber daya, dan program, kata Dr. Eka. Selain Dr. Eka, kunjungan tersebut juga dihadiri oleh Ir. Rildova, M.T., Ph.D., yang menyampaikan ihwal pendanaan universitas.