Sambutan Ketua SA Dies ITB ke 65

SAMBUTAN KETUA SENAT AKADEMIK
PADA DIES NATALIS KE-65 ITB

Yang kami hormati,
Ketua beserta anggota MWA ITB,
Rektor beserta seluruh jajaran pimpinan ITB,
Pimpinan dan anggota Senat Akademik ITB,
Pimpinan dan anggota Forum Guru Besar ITB,
Para sesepuh ITB,
Yang kami banggakan,
Para dosen, mahasiswa, dan staf tenaga kependidikan ITB,
Yang kami muliakan,
Para undangan dan hadirin,

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Mari kita panjatkan segala puji syukur kepada Sang Ilahi, Tuhan Semesta Alam yang telah memberi nikmat yang tak hingga banyaknya, termasuk nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga kita dapat menghadiri acara peringatan Dies Natalis ke-65 Institut Teknologi Bandung.

Perkuliahan semester II 2023/2024 telah berlangsung selama kurang lebih satu bulan dengan baik. Apresiasi yang tinggi kepada seluruh dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa atas dedikasi dan komitmen untuk senantiasa menghadirkan karya terbaiknya untuk ITB, bangsa, dan masyarakat. Apresiasi juga kepada pimpinan ITB yang terus memastikan jalannya kegiatan tridarma yang berkualitas, dan semoga hal ini dapat menjadi bekal dalam menghadapi tantangan ke depan yang dipastikan penuh dengan kompleksitas.

Hadirin yang saya hormati,

Kita baru saja melewati masa pandemi yang sungguh telah memporak-porandakan kehidupan dunia, di mana tidak satupun negara yang luput dari cengkeramannya. Ketika bencana ini telah berlalu, harapan akan kehidupan dunia yang lebih baik dan harmoni kembali terusik dan memudar, digantikan oleh konflik terbuka tentang ideologi atau teritori. Perang di Ukraina telah memasuki tahun ketiga, dari apa yang diduga hanya akan menjadi konflik terbatas dalam skala waktu dan wilayah. Risiko melebarnya konflik juga semakin besar dengan semakin banyak pihak yang terlibat dan terpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung, dekat atau jauh: siapa yang menyangka fenomena tahun lalu di Indonesia, menipis atau bahkan langkanya suplai mie instan misalnya, dipengaruhi oleh menipisnya suplai gandum dari daerah konflik. Hal yang serupa terjadi dengan pupuk yang sangat diperlukan petani. Konflik lain yang saat ini sedang berlangsung adalah konflik Palestina yang sebenarnya telah lama berakar dan seringkali meletup. Ini adalah suatu tragedi kemanusiaan yang menyayat hati. Ada pihak yang memandang konflik ini sebagai tindakan terorisme, di pihak lain ada yang memandang hal ini kolonialisme, bahkan apartheid. Sementara itu dalam bidang politik global, polarisasi dalam skala yang belum pernah disaksikan, sedang terjadi di mana-mana, di benua Eropa, benua Amerika, bahkan di negara-negara yang dianggap sudah mapan berdemokrasi. Hal ini ditandai dengan kebangkitan pemerintahan yang sangat cenderung ke ‘kanan’, bahkan ekstrem. Informasi dari peristiwa-peristiwa ini terekam, teramplifikasi dan tersebarkan oleh berbagai corong media massa dan media sosial, dengan berbagai interpretasi yang beragam bahkan saling bertentangan. Diperlukan suatu kecerdasan tersendiri untuk mengarungi gelombang informasi yang menerpa kita untuk dapat memilah informasi yang lebih dapat dipercaya dengan berbagai interpretasinya.

Kita pun telah mendengar peringatan dari para ahli tentang bagaimana berbahayanya jika kita manusia terus mempraktikkan kebiasaan lama terhadap lingkungan yang mungkin akan mencapai titik ketidakstabilan yang tidak terkembalikan, yang akan mengubah iklim secara ekstrem. Dengan memperhatikan berbagai bencana alam dan kondisi ekstrem yang terjadi di mana-mana, hal ini menandakan bahwa perubahan iklim sudah tidak lagi di depan mata, tetapi kita mungkin sudah masuk di dalamnya. Akan diperlukan usaha luar biasa sebagai individu maupun kelompok untuk dapat memitigasi dampak dari perubahan iklim ini, apalagi untuk dapat mengembalikan iklim ke tingkat kestabilan yang dapat ditoleransi.

Dividen demografi adalah karunia dan potensi yang dimiliki Indonesia saat ini dan beberapa tahun mendatang. Namun dividen demografi yang diharapkan membawa lompatan ke depan, ke arah status negara maju, dan lolos dari jebakan status negara berpenghasilan menengah, hanya akan terjadi jika memang Indonesia mampu menaikkan tingkat pendidikan, dibarengi usaha mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi tinggi. Tanpa usaha ini, bukan tidak mungkin dividen demografi berubah menjadi “demographic burden”, yang tentunya adalah kemungkinan yang paling tidak diinginkan.

Pemilihan umum yang baru saja dilalui merupakan suatu proses pendewasaan demokrasi bagi insan muda di kampus. Insan muda di kampus bukanlah sekedar penonton, mereka adalah pelaku demokrasi yang mendapat pendewasaan melalui dialog dan diskusi yang kritis tentang topik-topik nasional yang penting dan mendesak seperti etika, keadilan, pembangunan dan pemerataan ekonomi yang berkelanjutan, masalah lingkungan, dan sebagainya.

Di tengah hingar bingarnya berbagai kejadian baik secara global, maupun secara nasional, terlihat ada benang merah di mana ITB dapat berperan dan memberikan kontribusinya yang utama, yaitu dalam pendidikan tinggi. Secara khusus tantangan di atas mendorong profil lulusan ITB yang memiliki:
1. Berakhlak mulia, memiliki hati nurani yang terasah dan welas asih,
2. Cerdas dalam berkehidupan, dan cerdas dalam berilmu, serta
3. Berwatak kebangsaan.
Seseorang yang berakhlak mulia artinya ia memiliki perilaku dan sikap mulia dalam semua dimensi hubungan: dengan diri sendiri, dengan Sang Pencipta, dengan sesama, dan dengan lingkungan. Ia memiliki welas asih terhadap sesama dalam kondisi apapun, beruntung ataupun kurang beruntung, mempunyai nurani terhadap ketidakadilan, dan kemauan untuk memperbaiki keadaan. Cerdas mengimplikasikan kemampuan untuk menalar dari berbagai informasi, membedakan, memilah, membandingkan, sehingga tindakan yang diambil didasarkan pada pertimbangan yang matang. Cerdas dalam berilmu menyiratkan kemampuan dan kompetensi dalam bidangnya. Selanjutnya, watak kebangsaan adalah sifat yang di antaranya menjaga persatuan, bertoleransi terhadap keberagaman, kesiapan untuk membela, dan mengutamakan kepentingan bangsa. Keinginan akan profil seperti di atas bukanlah sesuatu yang baru. Faktanya, Peraturan Senat Akademik Institut Teknologi Bandung Nomor 5/IT1.SA/PER/2022 perihal Norma Standar Pendidikan Tinggi Institut Teknologi Bandung, yang masih berlaku, sudah mengakomodasi hal-hal tersebut. Dengan demikian, yang menjadi esensi adalah pengejawantahan norma-norma standar pendidikan tinggi ITB dalam konteks mutakhir.

Cerdas sebagai suatu karakter menyeluruh, yang bukan hanya cerdas secara keilmuan, adalah suatu hasil belajar yang tidak saja berorientasi kepada keilmuan tetapi juga kepada nilai-nilai yang tersirat maupun yang tersurat yang didapat dalam proses belajar. Nilai-nilai ini biasanya didapat sebagai produk ikutan dari belajar sains dasar: yaitu prinsip penalaran, prinsip berpikir kritis, keingintahuan, berpikir secara sistem, etika serta karakter, yang mana nilai ini semua diperlukan oleh seorang lulusan bidang sains dan rekayasa untuk dapat mencapai kesuksesan dalam karirnya. Dengan mengintegrasikan pengetahuan dan nilai-nilai ini seorang insinyur dapat mendesain solusi inovatif terhadap tantangan yang kompleks. Nilai-nilai yang didapat dari belajar sains menjadi fondasi yang esensial dalam praktik rekayasa, dan karenanya merupakan hal yang hampir tidak tergantikan dalam bidang studi rekayasa. Nilai-nilai ini juga menjadi dasar untuk dapat bersikap cerdas dalam kehidupan, cerdas dalam mengarungi gelombang informasi, serta cerdas dan manusiawi dalam mengambil keputusan.

Hadirin yang terhormat,

Salah satu tantangan besar dalam belajar di ITB saat ini adalah menjembatani kesenjangan generasi. Hampir seluruh mahasiswa ITB adalah Generasi-Z, yang lahir antara tahun 1997-2012, sedangkan sebagian besar dosen adalah dari Generasi-X, bahkan “baby boomers,” yang lahir sebelum atau antara 1965-1980. Ada beberapa paradigma belajar yang membedakan kedua generasi ini secara signifikan. Generasi-Z hampir sepenuhnya berintegrasi dan belajar dengan menggunakan internet. Dunia maya adalah bagian dari hidupnya, sedangkan bagi Generasi-X, media maya adalah hal yang baru saja diadopsi akhir-akhir ini. Perbedaan mode ini menimbulkan persoalan tersendiri, yang potensial membawa frustrasi kepada kedua pihak. Andaikata kesenjangan ini dapat dikurangi, dapat dibayangkan sinergi yang terjadi. Satu hal lagi yang harus menjadi perhatian kita adalah the emerging technology yang berpotensi positif dan disruptif seperti kombinasi artificial intelligence dan quantum technology. Dalam konteks ini, pendidikan di ITB harus terus dapat mengantisipasi kemajuan teknologi ini, sehingga keunggulan akademik ITB dapat terus dikembangkan untuk menghasilkan profil lulusan yang siap menghadapi berbagai tantangan. Pada akhirnya kita berbicara tentang generasi yang akan mendorong kemajuan bangsa, generasi yang akan membawa Indonesia ke arah kemajuan dan kesejahteraan, yang siap menjadi ‘human capital’ Indonesia. Semoga ITB dapat terus berperan aktif dan konsisten bergerak ke arah tujuan yang telah dirumuskannya sendiri, yaitu mencapai kebaikan bagi bangsa, umat manusia, dan alam semesta.

Selamat kepada seluruh warga ITB, selamat merayakan Dies Natalis yang ke-65, mari kita senantiasa meningkatkan darma bakti untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai bersama. Vivat ITB!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, 4 Maret 2024

Prof. Edy Tri Baskoro, M.Sc., Ph.D.
Ketua Senat Akademik ITB